GENDAM

Tajuk album “Gendam” bertolak dari pemaknaan yang artinya guna-guna dan juga mitos di tanah kelahiran Mahamboro yaitu Jawa. Ilmu hitam yang telah dipercaya dan dipraktekan sejak berabad lalu. proses mencelakakan, merugikan, sampai bertindak jahat kepada seseorang atau target. Caranya adalah dengan ilmu hitam jarak jauh yang menggunakan banyak medium. Medium-medium tersebut 'dikirim' oleh para dukun atau 'orang pintar'. Karya ini ingin menyoal konflik masyarakat dengan menginterpretasi perihal pergendaman dan klenik. Terinspirasi dari ritus, kultur, mitos, klenik hingga legenda urban yang yang dibangun oleh cerita dan keseharian neneknya yang tinggal di pantai parangkusumo sisi selatan Yogyakarta yang terikat dengan kaum-kaum agraris Jawa. Karena setiap hal memiliki sifat gelap, mahamboro memutuskan dalam project ini lebih kepada interpretasi berkubang di sisi gelap kultur perklenikan dan mitos.

Ekspresi dalam komposisi ini sebenarnya susah dijelaskan secara personal. Penyajian musik elektronik instrumental dalam “Gendam” ingin menyampaikan berbagai macam emosi dan menjadikannya satu, Semacam membuat cerita yang tak lagi bisa diwujudkan dalam kata. “Gendam” mengajak pendengarnya untuk mencicipi konflik dalam cerita bunyi personal dalam sebuah perklenikan.

Dalam album ini audiens akan dibawa melalui cerita lewat lagunya.

‘ilmu’
Cerita untuk memahami hal tidak kasat mata serta mampu berkomunikasi dengan arwah dan alam gaib, yang dipergunakan untuk membantu menyelesaikan masalah.

‘Damai Perkara’
Cerita seorang yang sedang mengalami perkara di pengadilan dan putusan hakim dibuat bisa langsung memenangkan walaupun kesempatan lawan lebih besar.

‘Naga Geni’
Cerita sebuah penggusuran masal, ratusan jin dikerahkan untuk membumi hanguskan tanah, meratakan bangunan, terbakar secara tiba-tiba.

‘Sodo Lanang’
Cerita tentang sesorang yang dibuat untuk mabuk cinta dan lupa daratan.

‘Gendam Sukma (Part 1)’
Cerita seorang gadis yang tidak tenang pikirnya karena seseorang.

‘Ketek Putih’
Cerita tentang tersakiti, terhina, terbuang dan dendamnya seseorang yang menginginkan kata maaf. Selama belum mendapatkan kata maaf, mereka yang menyakiti akan merasakan penyesalan yang sangat luar biasa.

‘Kantil Mas’
Cerita konflik antara pengguna ilmu umtuk menerobos pagar “gaib”.

‘Gendam Sukma (Part 2)’
Cerita seorang pria yang dihantui oleh rasa ingat terhadapnya, kemanapun, dimanapun, hingga sakit.

‘Arjuna Celor’
Cerita tentang pengguna ajian yang membuatnya karismatik sehingga disukai oleh semuanya namun terdapat pantangan khusus yang tidak boleh dia langgar.

‘Pengasihan’
Cerita tentang seseorang yang menyatukan hatinya dengan orang lain secara “gaib” sehingga orang tersebut tunduk dan menuruti segala keinginannya.

“BRRR.” adalah sebuah project solo baru oleh Mahamboro yang dimulai pada pertengahan tahun 2019, di Yogyakarta, Indonesia. Musik “BRRR.” meramu ulang elemen-elemen doom, ambient, drone dan breakcore distortif fast tempo bersifat perkusif. Pengolahan suara dari berbagai sample koleksi mahamboro dipadu dengan berbagai perangkat elektronik. Nama “BRRR.” diambil dari pengucapan hempasan bunyi dibawah 50hz.

Mahamboro, lahir di Magelang dan saat ini tinggal di Yogyakarta — Ia seorang musisi dan sound designer. menamatkan studi master di Institut Seni Surakarta di tahun 2019. Ia kerap menciptakan komposisi musik untuk tari kontemporer dan beberapa karya theater. Ketertarikannya dengan kondisi sosial dan bunyi berpengaruh kuat di karya-karya musiknya.

The headline of the album "Gendam" departs from the meaning which means witchcraft and also a myth in the birthplace of Mahamboro, Java. Black magic that has been trusted and practiced since centuries ago. the process of harming, hurting, to do evil stuff to a person as a target. The trick is with remote black magic that uses a lot of mediums. These mediums are 'sent' by shamans or 'orang pintar'. This work wants to address community conflicts by interpreting the immersion and occult issues. Inspired by rites, cultures, myths, heresy, and urban legends built by story and live of his grandmother who lives in the Parangkusumo, the southern side of Yogyakarta, which was bound by Javanese agrarian groups. Because everything has a dark nature, Mahamboro decided in this project to interpret the wallow in the dark side of the culture of art and myth.